Rabu, 04 Januari 2012

Cinta Ran

Saat yang indah untuk terkejut oleh titik air langit. Air espresso dalam cangkir itu bergetar terganggu sang titik air langit.

Espresso dalam cangkir tampak berlebihan, namun tidak kali ini. Ran butuh doping untuk kuat... eh, ada juga sedikit perayaan. Ran memutar posisi menyandarkan punggungnya di balkon. Mengadah merasakan semilir angin awal hujan -- ah, gerimis.

Tidak dingin karena tangannya menggenggam cangkir espresso hangat, sedikit menjalar menghangati hatinya. Tarikan nafas diikuti seulas senyum berarti namun sulit ditafsirkan. Ran menyadari kesendiriannya. Di saat ini Ran benar-benar sendiri. Ran harus memulai esok dengan sendiri.

Hujan bertambah deras. Tiba-tiba Ran tersentak dalam kesendiriannya. Cangkirnya tak lagi hangat. Dingin menusuk hatinya. Ah, padahal Ran tahu tak baik membiarkan espresso-nya dingin.

Ran rindu kehangatan manusia, bukan espresso dalam cangkir. Ran teringat pulang.

Lama Ran mematung. Biarlah rindu itu ada. Ran bukan tak suka ditemani, Ran hanya sangat mencintai kebebasannya -- dalam kesendiriannya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar